Saat Khutbah Jumat Diabaikan

Saat sholat Jumat minggu lalu, saya melihat seorang lelaki yang sibuk main hp padahal ketika itu khotib lagi ceramah agama. Karena duduk bersebelahan, saya bisa melihat dia main hp sambil scroll-scroll aplikasi Facebook. Kalau saya perhatikan, lelaki itu berusia antara 40-45 tahun, sudah cukup akil baliq.

 

Pada kesempatan lain, saya menjumpai anak muda, mungkin 20-25 tahunan yang sibuk membalas WA saat khotib Jumat naik mimbar. Bahkan pernah saya lihat ada pria yang merokok diluar mesjid saat khotib berceramah. Saya kadang bingung, pria tersebut apakah sedang mendengarkan khutbah khotib atau lagi menikmati rokoknya sambil sesekali mendengar suara khotib dari pengeras suara?

 

Fenomena ini sering saya jumpai. Rata-rata tiap Jumat pasti ada pria yang sibuk main hp saat khotib ceramah jumatan. Tidak peduli yang muda usia maupun pria yang sudah agak matang, usia diatas 35 tahun. Pertanyaannya kemudian: ini masalah apa sebenarnya? Apakah memang tidak tahu aturannya, atau sudah tahu tapi cuek saja?

 

Saya kadang berpikir, bukankah mendengarkan khotib ceramah Jumat merupakan salah satu kesempurnaan sholat Jumat. Apalagi, menurut hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim: “Barangsiapa berkata kepada temannya ‘diamlah’ ketika imam berkhutbah pada hari Jumat, maka ia telah melakukan hal yang sia-sia.”

 

Artinya, kalau cuma nyuruh orang diam saja sudah dianggap sia-sia, apalagi yang aktif main hp, ngobrol, atau malah merokok di luar masjid? Rasul jelas mengharapkan jemaah sholat Jumat untuk mendengarkan dan menyimak khutbah Jumat yang disampaikan khotib dan menghentikan tindakan selain mendengar dan menyimak khutbah khotib Jumat.

 

Tapi kenyataannya apa? Masjid penuh saat sholat jumat tapi masih ada lelaki dewasa yang melakukan tindakan sia-sia?

 

Melihat fenomena adanya jemaah yang tidak mendengarkan dan menyimak khotib saat sholat Jumat, menimbulkan pertanyaan bagi saya. Apakah penjelasan tentang adab sholat Jumat ini tidak sampai kepada kaum muslim, atau memang umat Islam yang sudah terdegradasi sehingga memandang enteng, terutama kesakralan ibadah sholat Jumat?

 

Boleh jadi sebagian jamaah memang tidak tahu bahwa main hp saat khutbah itu dapat mengurangi bahkan membatalkan kesempurnaan sholat Jumat mereka. Atau mungkin juga, khutbah yang itu-itu saja dan membosankan bikin jamaah mencari pelarian lewat hp mereka.

 

Ada juga kemungkinan kita sudah terlalu terbiasa dengan ritual tanpa ruh—sholat Jumat dianggap cuma kewajiban formal yang harus digugurkan, bukan momentum untuk memperbaiki diri.

 

Sesungguhnya, saat ibadah sholat jumat umat diuji keimanannya. Apakah dia betah mendengar ceramah khotib yang menurut dia tidak bagus dan sempurna atau dia malah bakal senang jikalau khotibnya berceramah dengan lucu dan berbobot.

 

Menurut tuan guru, mendengarkan ceramah khotib atau penceramah agama islam, didalamnya terdapat evaluasi. Yakni, mendengarkan dan menyimak tanpa memandang siapa dai dan apa materi ceramahnya.

 

Namun fenomena melakukan tindakan sia-sia saat ustadz ceramah agama apalagi saat khotib sholat jumat naik mimbar, menimbulkan rasa miris dan gundah.

 

Terus siapa yang bertanggungjawab membenahi kondisi ini supaya ibadah sholat Jumat menjadi khusyuk dan tidak dianggap seremonial keagamaan semata?

 

Menurut saya, ini tanggung jawab bersama.

 

Pertama, takmir masjid perlu lebih aktif mensosialisasikan adab sholat Jumat. Bisa lewat spanduk, pengumuman sebelum khutbah, atau kajian rutin.

 

Beberapa masjid bahkan sudah ada aturan matikan hp sebelum masuk, dan ini cukup efektif. Kalau perlu tidak usah bawa HP ke masjid biar ibadahnya lebih khusyuk.

 

Kedua, para khotib juga perlu evaluasi diri. Khutbah yang relevan dengan kehidupan jamaah, yang menyentuh persoalan nyata mereka, yang disampaikan dengan cara menarik—pasti bikin orang enggan buka hp. Bukan berarti khutbah harus jadi stand up comedy, tapi setidaknya jangan monoton dan jauh dari realitas.

 

Ketiga, jamaah sendiri harus sadar bahwa ibadah itu hak Allah yang tidak boleh dilakukan sambil lalu. Hp bisa dimatikan atau mode senyap selama 30-40 menit kok. Atau ditinggal di rumah. Urusan dunia bisa ditunda sebentar demi menghormati kalam yang disampaikan di atas mimbar.

 

Sholat Jumat itu bukan sekedar ritual mingguan. Ini ibadah komunal yang harusnya jadi sarana belajar, menyatukan umat, dan pengingat nilai-nilai kehidupan. Ketika khutbah kehilangan pendengarnya, yang raib bukan cuma adab—tapi kesempatan untuk dapat hidayah, nasihat, dan ilmu. Kita kehabisan momen untuk merenung dan mendekatkan diri kepada Allah.

 

Mungkin sudah waktunya kita mengembalikan keseriusan dalam beribadah Jumat. Bukan dengan cara menghakimi atau memaksa, tapi dengan edukasi yang baik, teladan yang konsisten, dan kesadaran bahwa ibadah yang sempurna itu dimulai dari kesungguhan yang utuh—termasuk dalam menyimak khutbah dengan sepenuh hati.

 

Wallahu a’lam bishawab.

 

Ridarman Bay

Ketua Lembaga Hikmah & Kebijakan Publik Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (LHKP PWM) Provinsi Kepri.

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *