Tanjungpinang (infoluarbiasa.com) – Focus Group Discussion (FGD) Dewan Pendidikan (DP) Kepulauan Riau (Kepri) membahas berbagai persoalan pendidikan di daerah kepulauan, mulai dari akses pendidikan bagi anak nelayan, kekurangan guru, hingga kesiapan pembelajaran di era digital.
“FGD ini kita adakan untuk mencari solusi dalam menyikapi tantangan pembelajaran di era digital sekarang,” ujar Ketua DP Kepri, Dr. Encik Abdul Hajar, MM, Sabtu (15/11), di Tanjungpinang.
Kegiatan itu terlaksana berkat kerja sama DP Kepri dengan SMAN 4 Tanjungpinang. Acara itu dihadiri Ketua PGRI Kota Tanjungpinang, Kariadi yang juga Kepala SMAN 2 Tanjungpinang, para Kepsek SMAN/SMKN/SLBN/ se Kota Tanjungpinang.
Juga terlihat hadir para anggota DP Kepri, diantaranya, Ridarman Bay, Jefri Kamil, Mastur Taher dan Rica Irma Damayanti, dan tuan rumah Kepala SMAN 4 Tanjungpinang, Nursanti, M.Pd.
FGD dipandu Ketua DP Kepri. Dalam moment itu, Encik mengatakan, urgensi peningkatan kualitas pendidikan di era digital diperlukan guna menghadapi tantangan nyata pada proses pembelajaran pendidikan, tidak saja di sekolah, tapi juga di masyarakat.
Encik menyoroti, saat ini masih banyak guru terutama di kepulauan yang belum menyelesaikan pendidikan S1 nya. Itu sebab, dia berencana mencarikan solusi untuk mengatasi hal tersebut.
Dalam sambutanya, Kariadi menyinggung tantangan pembelajaran digital yang belum sepenuhnya mampu diikuti sebagian guru.
“Masih banyak guru yang mengajar dengan gaya lama dan belum menyesuaikan diri dengan era digital. Ada yang sudah melampaui ekspektasi, tetapi ada pula yang tertinggal. Ini soal bagaimana meningkatkan kompetensi secara mandiri,” ujarnya.
Ia menegaskan digitalisasi seharusnya bukan ancaman, melainkan peluang. Selain itu, di era digital ini sekolah menghadapi beban kerja yang tinggi, ditambah banyaknya sekolah yang kekurangan guru.
Persoalan kekurangan guru juga disampaikan Kepala SMAN 4 dan beberapa kepala sekolah lainnya. Mereka menegaskan sekolah tidak dapat merekrut guru baru, karena terganjal regulasi. Sementara itu sebagian guru yang ada justru dipindahkan ke tempat lain.
Selanjutnya, para peserta juga menilai kualitas guru masih beragam: sebagian sudah melakukan peningkatan kompetensi, namun sebagian lainnya belum tersentuh pelatihan.
Sekretaris Komite Sekolah SMAN 4, Budi, menyampaikan dukungan orang tua terhadap pembelajaran digital, namun mengakui tidak semua anak memperoleh dukungan yang sama dari keluarga.
Kepala SMKN 4 Tanjungpinang, Yayuk Sri Mulyani Rahayu, menekankan tantangan pendidikan berbasis IT di tengah keterbatasan fasilitas. “Anak ingin belajar IT, tetapi tidak punya laptop. Promosi jurusan pun kurang gencar,” ujarnya.
Wakil Kepala SMKN 3 Tanjungpinang, Azriman, menambahkan pentingnya pendidikan karakter sejak dini. Menurutnya, banyak lulusan SMK yang tidak terserap kerja, bahkan hotel-hotel di Kepri justru mempekerjakan tenaga dari luar daerah. “Jangan sampai kita hanya jadi penonton,” katanya.
Isu pendidikan inklusif disampaikan Kasek SLBN 2 Tanjungpinang, Ishak Iskandar, yang mengelola pendidikan anak disabilitas. Ia menjelaskan kebutuhan rasio ideal guru dan siswa—maksimal lima siswa per kelas untuk SD dan tujuh untuk SMP—yang sulit dipenuhi karena kekurangan pendidik.
Ke depan, Encik menyampaikan bahwa DP Kepri akan membentuk network guru belajar se-Kepri sebagai platform berbagi pengetahuan dan peningkatan kompetensi.
“DP ingin berkolaborasi dengan sekolah demi memajukan pendidikan Kepri. Kita harus berpikir untuk pendidikan anak Kepri, bukan hanya untuk sekolah,” katanya.
Mewakili DP, Mastur menekankan pentingnya pemenuhan guru berkualifikasi S1 terutama di Lingga, Anambas, dan Natuna.
Sementara itu, Nursanti mengingatkan agar FGD tidak berhenti sebagai kegiatan seremonial. “Harus ada tindak lanjut. Tantangan jangan menjadi hambatan, tetapi kekuatan untuk memajukan pendidikan Kepri,” ujarnya.
FGD ditutup dengan penekanan bahwa motivasi guru perlu ditingkatkan agar mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dan memberikan pembelajaran berkualitas bagi seluruh anak Kepri, termasuk yang berada di pulau-pulau terpencil.(red)

