Kontrak Freeport yang sebentar lagi usai di tahun 2021 membawa
polemik besar bagi bangsa ini. Terakhir adalah masalah “papa minta
saham” yang mencatut nama Setya Novanto yang menjabat ketua DPR RI kita,
Presiden Direktur Freeport Indonesia, Maroef Sjamsoedin, serta Riza
Chalid yang merupakan seorang pengusaha minyak. Kasus ini masih
berlanjut untuk menentukan apakah ketiganya terbukti melakukan
pelanggaran kode etik atau tidak.
Freeport kembali ke Indonesia maka rakyat ini akan makmur, begitu
opini banyak orang. Apakah memang akan begini nantinya? Apakah benar
jika Freeport angkat kaki akan langsung memberikan dampak positif? Tidak
bermaksud untuk mendukung wacana Freeport untuk tetap beroperasi, tapi
kita harus jeli akan dampak yang timbul jika perusahaan Amerika ini
hengkang.
Pada persidangan kedua kasus kode etik yang diduga dilakukan oleh
Ketua DPR kita, Maroef Sjamsoedin sempat menyinggung tentang
dampak-dampak buruk jika Freeport tak diperpanjang kontraknya.
Semengerikan apa sih? Berikut ulasannya.
1. Kerusakan Lingkungan Kelas Berat Akan Terjadi
Freeport selama ini menambang dengan metode yang cukup baik. Terutama
soal pengolahan limbah. Mereka menggunakan metode tertentu sehingga
limbah bisa diminimalisir dan dampaknya tidak sampai membuat warga Papua
dan para aktivis demo sana sini. Freeport dikelola dengan baik,
demikian limbahnya. Lalu apa yang akan terjadi jika mereka pergi?
Memang
benar kita jadi punya tambang besar, namun untuk pengelolaannya tentu
masih jadi tanda tanya besar. Freeport jelas tak mau meninggalkan apa
pun yang mempermudah Indonesia untuk mengelola tambangnya sendiri. Sudah
pasti mereka akan membawa pula para staf ahli serta deretan
teknologinya, termasuk pengelolaan tambang dan juga limbah.
Kita bisa pilih opsi menunggu sampai waktu tertentu. Tapi, hal
tersebut malah justru membuat limbah bekas tambang tak mampu terkelola
dengan baik. Ketika dibiarkan maka yang terjadi adalah seperti yang ada
di Brazil. Di mana tambang besi mereka membuat satu perkampungan dan
sebuah sungai besar mati.
2. Indonesia Butuh Banyak Biaya untuk Kelola Tambang
Kita analogikan Freeport benar-benar hengkang, maka secara logis
mereka akan membawa apa pun yang dimiliki. Lalu kita kini sebagai
pengelola harus cepat-cepat melanjutkan proses penambangannya. Kalau
tidak maka hal-hal buruk akan terjadi. Masalahnya, Freeport sudah
membawa pergi peralatan mereka. Maka mau tak mau negara harus mengadakan
peralatan sendiri.
Biayanya
pasti besar karena tambangnya saja sudah seluas itu. Negara jelas tidak
akan menyisihkan sebagian besar APBN hanya untuk pengelolaan Freeport.
Solusinya adalah hutang. Amerika mungkin juga akan melakukan sedikit
intrik soal ini karena merasa terusir. Bisa dengan memainkan dolar
mereka agar pengeluaran kita makin besar.
3. Konflik Suku Setempat Akan Mungkin Terjadi
Sudah bisa dibayangkan jika Freeport pergi maka akan terjadi aksi
klaim satu sama lain. Menurut Dirut Freeport, Maroef Syamsoeddin, hal
ini memang mungkin akan terjadi. Seperti yang kita ketahui, Papua
terdiri dari banyak suku-suku, kemungkinan mereka yang akan terlibat
dalam pergolakan masalah klaim tersebut.
Aksi
ini yang jelas akan memancing negara dengan menurunkan TNI untuk
mengintervensi para suku itu. Hal ini mungkin akan memicu konflik
nasional dan dampak buruknya bisa jadi Papua menuntut kemerdekaan. Jelas
ini lebih buruk dari yang kita kira.
4. Hubungan Bilateral Amerika Indonesia Memburuk
Patut diketahui, Freeport yang menjembatani hubungan harmonis antara
negara kita dan Amerika. Bukan rahasia pula jika perusahaan tersebut
memang sudah menyumbang banyak sekali bagi negeri Paman Sam sejak
pertama kali dikelola di zaman Soeharto. Lalu bagaimana jadinya jika
pemasukan yang berharga ini tiba-tiba hilang gara-gara Indonesia tak
memperpanjang kontrak Freeport? Yang jelas Amerika takkan pernah
bertegur sapa dengan Indonesia.
Ini
buruk bagi kita mengingat mereka mempunyai pengaruh yang kuat di dunia.
Apa yang mereka putuskan akan menjadi keputusan semua orang. Kemudian
mereka mungkin memanfaatkan kedigjayannya untuk membuat Indonesia lemah.
Entah bermain-main dengan dolarnya, atau yang ditakutkan adalah
melakukan invasi-invasi dengan dalih tertentu. Kita sendiri sebenarnya
juga butuh banyak dari Amerika. Ketika penghubung harmonisme antar
negara ini hilang, siap-siap dengan kemungkinan terburuk yang mungkin
akan mereka lakukan.
5. Freeport Angkat Kaki Angka Pengangguran Naik Drastis
Ada sekitar 30 ribuan orang lebih yang bekerja di Freeport dan
mayoritas mereka adalah orang-orang Indonesia. Dari data ini mungkin
sudah bisa dipetakan bagaimana jadinya jika perusahaan Amerika itu
hengkang. Yang jelas ancaman PHK massal besar-besaran takkan bisa
terhindarkan.
Negara
bakal kebingungan sendiri karena angka pengangguran yang makin tinggi
ini harus diapakan. Bahkan mirisnya, 40 persen dari pekerja Freeport
juga adalah orang asli Papua. Mereka pasti kebingungan pula bagaimana
menghidupi keluarga. Indonesia harus cari solusi dari masalah pelik ini
ketika pemerintah sudah tak lagi memperpanjang kontrak Freeport.
6. Pemasukan Negara Berkurang Banyak
Memang benar jika Freeport untung banyak dari Indonesia. Tapi, yang
perlu diketahui, mereka juga memberikan kompensasi besar kepada negara.
Jumlahnya sendiri makin signifikan setiap tahunnya. Bahkan tahun 2010
lalu mereka memberikan sekitar Rp 5,7 triliun. Sayangnya, takkan ada
lagi pemasukan cuma-cuma seperti ini jika Freeport pergi.
Terkecuali
kita benar-benar siap dalam pengelolaan, maka tak perlu berpikir
tentang pemasukan cuma-cuma tadi. Karena kita akan mendapatkan yang
lebih besar. Tapi, kalau keadaannya justru sebaliknya, bahkan menunggu
kesiapan Indonesia sampai jangka waktu tertentu, negara tidak akan
mendapatkan apa pun. Dilematis memang, namun semua pilihan ada
risikonya.
Memang miris kalau sampai Freeport jatuh lagi ke pelukan Amerika.
Makin dalam pula Grassberg dikeruk oleh mereka. Namun jika dikelola
sendiri sepertinya kita juga belum benar-benar siap. Apalagi dengan
perkiraan konflik di atas yang mungkin terjadi jika Freeport hengkang.
Dilematis dan membingungkan. Entah apa yang akan dilakukan pemerintah
nantinya. Namun kita hanya bisa berharap yang terbaik.
No comments:
Post a Comment